Dazai dalam Diri Yozo

Baru selesai baca ini beberapa hari lalu, kemudian kemrin baca thread orang di twitter yang cerita soal kebencian yang dirasakannya terhadap bapaknya. Dia merasa banyak dilukai bapaknya dan berpikir klu bapaknya meninggal, mungkin hidup dia akan jadi lebih bebas dan tidak tertekan lagi. Nyatanya tidak sama skli.

Mirip-mirip sama cerita di buku ini. Tokoh Yozo yg memilih berperan layaknya badut sejak ia masih kecil demi membuat orang-orang skitarnya senang, terutama ayahnya. Sebenarnya ya dia tertekan skli sama bapaknya, tp dia tidak punya daya untuk memberontak.

Selama dia hdup dia merasa terus berada di bawah bayang-bayang bapaknya. Walaupun lagi berjauhan sm bapaknya, tapi dia tetap merasa kalau bapaknya masih memengaruhinya dalam bertindak. Meskipun memang banyak tindakannya yang aneh juga pada akhirnya, tapi tetap saja bapaknya tidak pernah benar-benar pergi dari pikiran si Yozo ini.



Dia mulai punya pikiran, bagaimana kalau bapaknya meninggal? Pasti hidupnya bisa jadi lebih bebas dan terhindar dari penilaian-penilaian bapaknya yang kadang tersa begitu menekan.

Suatu hari bapaknya benar-benar meninggal. Tp bukannya kebebasan yang dia rasakan, justru dia merasa kehilangan pegangan hidup. Sdah sebegitu berpengaruhnya bapak dia di hidupnya. Mskipun keberdaan bapaknya itu negatif, tapi ketiadaan bapaknya justru bkin dia linglung aja gitu.

Intinya, buku ini lumayan triggering, jd kalau masih belum siap mental, mending jangan dulu baca. Soalnya lumayan lambat, kelam, menyengsarakan, dan perih. Sehabis baca ini bisa bikin kita ngerasa sediiih, kosong, atau bisa jadi mikir yang tidak-tidak.

Aku tahu Dazai awalnya dari tmanku. Dia bilang kalau sengefans itu sama Dazai. Jalan hdupnya, trmasuk aksi bunuh dirinya. Dia terkagum-kagjm sama ide doi yang ngajak pacar bunuh diri. Aneh sih. 

Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin