Teror yang Mengejarmu ke Alam Mimpi (Space Invaders oleh Nona Fernandez)
Contradixie -- Salah satu ingatan yang sangat melekat tentang kakek adalah
kebiasaan mengocehnya, atau bisa juga kita sebut sebagai igauan. Entah saat
tidur atau kala tersadar pun, kakek punya kebiasaan mengoceh, berceracau
panjang tanpa henti. Bukan pada orang yang ada di hadapannya, tapi semacam
monolog santai yang dilakukannya ketika duduk santai. Sebenarnya tidak hanya
saat bersantai, kakek juga tidak pernah alpa bergumam, atau sering kita sebut
mengigau, kala tidur. Igauan yang sudah akrab dengan kami. Maka tiap kali ia berbicara
sangat panjang di dalam tidurnya, kami yang kebetulan mendengarnya tidak perlu
merasa kaget atau buru-buru membangunkan kakek. Itu kebiasaannya, mengigau
sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Igauan ataupun ceracauan kakek sebenarnya tidak bisa dibilang
ceracauan tidak jelas. Tapi untuk menyebutnya ceracauan jelas juga agak sulit. Lebih
tepatnya, kami tahu ceracauan yang sering keluar dari mulut kakek adalah lintasan-lintasan
peristiwa yang pernah dialaminya puluhan tahun silam, yaitu saat ia masih ikut
berperang, saat negeri kita bahkan belum memperoleh kemerdekaannya.
Seperti yang sering kita saksikan di film-film dengan tokoh
yang punya latar ikut berperang di garda depan kemudian selamat, hidupnya tidak
akan pernah sama lagi. Mereka dihantui kilasan-kilasan peristiwa peperangan
yang mengerikan, kematian demi kematian, cara bertahan hidup yang mengenaskan,
dan entah bagaimana caranya mereka akhirnya bisa pulang ke rumah dalam kondisi
hidup.
Kakek, ataupun tokoh-tokoh dalam film, adalah gambaran yang
dihadirkan ke hadapan kita untuk menunjukkan betapa traumatisnya berada di
garis depan sebuah peperangan.
Tokoh-tokoh dalam buku tipis ini—bisa dibaca sekali duduk, tidak sampai 90 halaman—merupakan anak-anak yang tumbuh di masa kediktatoran di Chile tahun 1980-an. Berbagai peristiwa yang mereka saksikan, termasuk tumbangnya tubuh demi tubuh, nyatanya belum sempat mereka cerna dengan baik. Lalu sepeninggal teman kelasnya, Estrella Gonzales Jepsen, anak-anak sekolah ini mulai diganggu oleh mimpi yang serasa teror. Mimpi yang begitu sulit mereka bedakan, apakah murni sebuah mimpi atau sesuatu yang datang dari ingatan-ingatan mereka akan masa lalu. Mimpi dan kenangan saling kelindan dan menjadi sebuah trauma tersendiri yang akan menghantui mereka hingga dewasa kelak.
Buku saku yang menarik dengan narasi-narasi panjangnya. Asal
jangan sampai terlarut dalam ceritanya dan ikutan bermimpi buruk.
Comments
Post a Comment