Hanya Orang Gila yang Mencuri Buku
Salah satu kejadian random dalam hidupku adalah mengejar orang gila di siang bolong.
Hari itu saya lagi di sebuah kedai pinggir jalan. Buku berjudul Yellowface saya letakkan di meja kedai. Seorang laki-laki berbaju kuning dengan kulit hitam legam berdiri di seberang saya sembari memegangi buku Yellowface.
Saya tidak menaruh curiga sama sekali. Belum sadar juga kalau dia ternyata orang gila. Walaupun penampilannya memang sangat kumal dan tidaak mengenakan alas kaki.
Definisi meleng dikit kehilangan buku. Ketika saya sadar buku tersebut dibawa pergi, si orang gila sudah berada agak jauh. Ada 30-an meter dari posisi saya. Masih bisa dijangkau oleh pandangan. Sempat saya teriaki tapi dia sama sekali tidak peduli.
Setelah menimbang antara besarnya rasa malu yang harus saya tanggung kalau mengejar orang gila di jalanan kota dan sedihnya kehilangan buku yang baru saja dibeli, plus harganya muahal, maka saya memutuskan lebih baik agak malu daripada agak rugi.
Pengejaran berakhir sukses. Sayangnya orang gila itu--yang saya ajak ngobrol dengan normal--tidak mau memberikan bukunya. Katanya mau dipinjam dan dibawa ke rumah. Pas saya tanya rumahnya di mana, dia menyebutkan sebuah tempat yang bahkan tidak saya ketahui tepatnya.
Dengan nada putus asa saya mengijinkannya untuk bawa pulang, tapi janji besok harus dikembalikan. Masih dengan perasaan yang amat putus asa, saya meraih tangan kanan orang gila itu dan memintanya berjanji. Entah saya ikutan gila karena percaya dia akan mengembalikan atau saya memang sudah menyerah saja dengan keadaan.
Beruntungnya ada ibu-ibu pedagang tidak jauh dari posisi kami yang tiba-tiba memberi saya kode. Menyuruh saya membawa lari buku tersebut dan segera meninggalkan si orang gila. Saya menuruti sarannya layaknya anak yang percaya dengan semua perkataan ibunya. Saya tarik buku itu dan langsung berlari kencang. Tidak peduli orang lain menertawakan, yang penting buku saya kembali. Duh.
Comments
Post a Comment