Memilih Pasangan Spek Yali-Yali itu Omong Kosong!
Freepik.com |
Contradixie, Esai – Genap sebulan memasang aplikasi TikTok, saya banyak mendapatkan fenomena unik di dalamnya. Salah satu yang sedang ramai dan masih berlangsung yakni video tren “Spek Yali-Yali” dengan Arabic Song yang judulnya ‘Kalam Eineh’. Video ini berdurasi sekitar 15 detik.
Tren ini muncul dari banyak perbincangan dan penilaian
terhadap kriteria tertentu seseorang dianggap ideal dalam gaya penampilan, gaya
hidup posting hingga pantas dijadikan standar dalam bergaul dan memilih
pasangan. Spek Yali-Yali seakan menjadi patokan yang harus
dipenuhi agar seseorang dianggap menarik atau paling tidak diakui dalam
pergaulan sosial, terutama pada platform TikTok.
Sebelumnya, perlu diketahui, spesifikasi dalam KKGBI
(Kamus Keren dan Gaul Bahasa Indonesia) disingkat dan dikenal dengan penyebutan
‘spek’. Tren Spek Yali-Yali tak hanya menjadi perbincangan hangat Gen Z,
Generasi Milenial pun turut serta dalam diskusi ini, meskipun lebih banyak
Generasi Milenial yang tak setuju dengannya.
Kita mungkin boleh sepakat bahwa dampak dari media
sosial kerap kali membawa arus dan membuat standar penilaian tertentu. Namun,
perlu diperhatikan juga tidak semua arus dan standar di media sosial perlu kita
imani. Fenomena ini dapat menjadi koreksi yang jelas tentang bagaimana
media sosial dapat memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan orang lain.
Sayangnya, tidak semua pengguna media sosial, khususnya warga TikTok sadar akan
hal itu.
Spek Yali-Yali merujuk pada karakteristik fisik seperti kulit eksotis, mata
tajam, serta penampilan yang mencerminkan "keanggunan" atau
"misteri" yang diasosiasikan dengan citra orang Arab. Tren Spek Yali-Yali ini meresahkan.
Kita harus mengakuinya.
Teman saya pernah berkata “Perlu diingat, beberapa
keresahan lahir bukan karena ketidaksanggupan mengikuti tren yang sedang
berlangsung, tapi seringkali karena memang adanya suatu realitas yang dangkal.”
Saya cukup setuju dengan pernyataan ini.
Entah bagaimana awalnya, tren ini tidak bisa
dipisahkan dari meningkatnya popularitas Arabic Song, terutama pada
platform TikTok. Lagu "Yali
Yali" menjadi salah satu contohnya. Lagu yang berjudul asli Kalam Eineh
ini rilis pada 2018 dan dinyanyikan oleh Sherine Abdel Wahab, seorang aktris
berkebangsaan Mesir. Lagu ini viral melalui Sped-up Remix atau JJ
Remix yang sering digunakan dalam video-video pendek. Kemudian tren ini masuk dan memengaruhi
pola pikir hingga menjadi standar penilaian tertentu.
Fenomena ini
dapat dibaca menggunakan kaidah konstruksi sosial ala Peter L. Berger. Realitas
sosial terbentuk melalui proses interaksi sosial. Individu secara kolektif
menciptakan dan menerima makna tentang dunia di sekitar mereka. Lalu, tren ini
diinternalisasi oleh individu-individu yang terlibat, terutama Gen Z. Mereka
melihat spek "Yali-Yali" sebagai standar yang harus dipenuhi atau
dijadikan rujukan dalam menilai diri sendiri dan orang lain.
Celakanya, cewek-cewek TikTok ini bangga dan rela
memenuhi standar tersebut demi diakui keberadaannya dan ke-alim-annya. Realitas
yang terjadi juga, beberapa teman di lingkungan saya juga merasa cemas jika
tidak terlihat atau tidak mampu memenuhi kriteria seperti Spek Yali-Yali.
Lucu sekali!
Saya akhirnya bertanya kepada seorang teman yang
selalu update kehidupan TikTok: ciri-ciri Spek Yali-Yali itu
gimana, sih? Dia memberikan
jawaban yang kurang lebih akan saya jelaskan di bawah ini.
Pertama, penampilan. Spek Yali-Yaliadalah orang yang mengenakan Abaya atau Gamis
bagi cewek dan mengenakan Thawb atau semacam
jubah bagi cowok atau bisa juga mengenakan sarung dan baju koko. Hanya saja, bila
sarung dan baju koko, levelnya masih noob. “Begitulah,
wkwkw,” kata temanku.
Kira-kira, penampilan seperti
itulah yang menjadi aspek utama yang harus dipenuhi bagi mereka yang ingin
diakui dan masuk ke dalam daftar Spek Yali-Yali. Bagi yang
tertarik, silahkan dicoba.
Khusus untuk cewek—aku hanya
menceritakan realitas loh ya, bukan seksis—
Yali-Yali sejati adalah yang menggunakan jilbab Pashmina Casmere dan Shawl. Selain itu, ia juga akan menggunakan softlens agar mata
terlihat indah dan celak mata yang sedikit tebal di bagian bawah mata. Poin
dari spek ini adalah
bagaimana agar kita memiliki Arabian Look.
Kedua, gaya hidup. Gaya
hidup di sini berhubungan dengan apa yang dipamerkan di media sosial, khususnya
TikTok. Para Spek Yali-Yali sering mengunggah foto, video atau sekadar instastory ketika sedang mengikuti kajian, majelisan, dan sebagainya. Nah, dari Arabian Look ini, kemudian
mereka unggah di media sosial plus dengan Arabic songs sebagai
pengiring, apalagi langsung memakai lagu Kalam Eineh. Bila kita bisa begini, fix kita akan dianggap dan “diakui” sebagai cewek Yali-Yali. Kabari aku bila sudah mencoba ya!
Dua ciri tersebut djadikan
standar dan kriteria yang dianggap ideal untuk bergaul bahkan memilih pasangan.
Sungguh menarik! Banyak hal-hal pokok yang dibutuhkan selain penampilan apalagi
sekadar gaya hidup posting majelisan di
media sosial. Boleh saja mengikuti tren Arabian Look lalu posting majelisan tak lupa Arabic Song Yalil Yalili. Tapi …yang lebih penting jangan dilupakan.
Memilih pasangan adalah tentang memiliki jalan hidup. Indikatornya banyak! Sekali
lagi, mencemaskan diri sendiri karena tidak bisa menjadi Spek Yali-Yali adalah cemas yang sia-sia! –azn
Comments
Post a Comment