Respons Universal untuk Alquran








Contradixie, Berita – Tentu yang saya maksud dengan istilah universal bukan merujuk pada arti luas yang melingkupi semua di biosfer ini. Tidak. Universal di sini hanya sebagai perwakilan dari keragaman latar belakang teman-teman yang ikut berbagi dalam diskusi contradi[xi]e tadi dengan tema The Quran and its Universal Response.

Di ujung diskusi yang fokus pada bunga rampai The Quran Seminar Commentary hasil suntingan Mehdi Azaiez dan Gabriel S. Reynold, ketika teman-teman sudah berada di satu spektrum yang efektif, tiba-tiba ada sesuatu yang membuat masing-masing dari kami mencurahkan apa sejujurnya yang kami rasakan tentang Alquran. Jika misalnya ada yang menyebut sekolah itu sebagai sesuatu yang sangat membosankan, bahkan menindas seperti ditengarai Freire dan lingkarannya, maka di sini kami bebas untuk menceritakan apakah Alquran membosankan seperti sekolah atau bagaimana.

Maka, di bawah ini ada beberapa pandangan polos teman-teman tentang Alquran dalam sekujur hidupnya. Dengan asumsi bahwa untuk konteks ketika masyarakat sangat mudah panik seperti sekarang ini--sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka kecuali keselamatan dirinya sendiri--sampai-sampai Alquran tidak pernah mendapatkan secuil saja perhatian, kami rasa ini adalah upaya yang layak mendapatkan momentum. Adalah sebagai berikut:

Ade Charirie
Alquran adalah yang mulia. Yang menjadikan sekitarnya mulia dan kemuliaan itu memunculkan satu "ketakutan" dalam sisi yang lain. Sedang, Alquran membuka dirinya untuk memudahkan pembacanya melewati "ketakutan" itu.

Fathur Rozaq
Al-Qur'an itu sejati dirimu sendiri yang menunggumu membuka diri, mengenalnya.

Dea
Alqur'an adalah obat. Obat yg menyembuhkan kebuntuan. Yang menjauhkan dari beragam wajah keresahan.

Zaid
Al-Qur'an buatku adalah teman curhat. Aku dapat menangis dan tertawa di depan Al-Qur'an.

Ana
Al-Qur'an adalah pengingat agat tidak melampaui batas. Al-Qur'an adalah pembatas.

Ipung
Al-Qur'an buatku seperti akhir dari ketidaktentuan. Akhir dari segalanya yang tidak jelas, hambar, dan memgambang dalam hidup. Alquran memberikan satu tempat bersandar yang kokoh dan pasti.

Labik M.
Paham atau tidak, Al-Qur'an harus selalu menjadi pedoman. Ketika paham, sebisa mungkin kita amalkan. Ketika tidak paham, tidak lantas ditinggalkan.

Ali R.
Ketika ada pertanyaan, Alqur’an itu apa? Maka seketika itu juga saya bingung harus menjawab apa. Pertanyaan yang sederhana itu tak pernah memiliki jawaban dalam diriku. Yaa Tuhan, —saya mengerang- Alquran itu apa?

Burhan
Satu hal yang terngiang di benakku ketika Alquran disebut. Cerita-cerita di dalamnya! Aku selalu suka cerita, meski kadang tak paham apa maksud intinya.

A. Hanan
Alquran itu buku. Alquran itu memahami. Alquran itu menghayati. Menjiwai dan kolaborasi antara raga dan semesta.

Hasvirah
Dengan memiliki wujudnya, melihatnya terpajang di lemari bersama buku-buku bacaan yang lain, aku sudah merasa tenang bahkan sebelum membacanya. Satu-satunya hal yang bahkan aku sangat merasa bersalah jika tak memilikinya di antara koleksiku. Al-qur'an.


4 Maret 2020, Jogja






Comments