Halakah Tafsir Perdana Berjalan Meriah
Contradixie, Berita – Halakah tafsir al-Shawi yang diselenggarakan oleh Contradixie, meski perdana,
berlalu meriah.
Acara ini dihadiri oleh 14 rekan dari beragam latar
belakang, mulai Studi Quran sendiri sampai Psikologi. Walau begitu, hampir
semuanya adalah alumni pesantren. Kerinduan mereka atas suasana ngaji di pondok
adalah bahan bakar yg membawa mereka sampai pada pusaran halakah.
Seperti yang sudah dikonsepkan, halakah tafsir al-Shawi
diselenggarakan dengan gaya hibrida, antara pesantren dan “diskusi
terbuka”. Siapa yang membaca kalimat per-kalimatnya sekaligus memberi makna
gandul plus penjelasan ditunjuk secara acak. Semisal yang bersangkutan
tidak bisa memahami, maka rekan lainnya diperbolehkan membantu.
Halakah yang diadakan di aula kafe ini, di bawah sorot
lampu keemasan yang romantis, menghasilkan beberapa poin penting. Pertama,
sebagaimana diakui oleh beberapa rekan peserta, Halakah tafsir al-Shawi
berhasil memantik gairah untuk kembali mengulik kenangan-kenangan tantang nahu
saraf dan kitab kuning.
Kedua, rupanya dalam menulis pembukaannya, al-Shawi cukup
akademis (dalam bahasa kita hari ini). Di situ, siapa pun bisa mendapatkan
bagaimana al-Shawi berupaya untuk menegaskan di manakah posisi tafsirnya
(positioning) di antara tafsir yang lain. Di waktu bersamaan, al-Shawi juga
mengungkapkan batasan atau lingkup khusus dari riset tafsirnya.
Pada bagian selanjutnya pun, bagian pendahuluan
(mukadimah, berbeda dengan pembukaan), al-Shawi mengulas konsepsi teoretisnya
tentang tafsir, seperti definisi tafsir yang ia gunakan dan tujuan akhirnya.
Kesadaran atas isu teoretis seperti ini sebelum menyusun suatu karya tulis
tentu bukanlah sesuatu yang remah-remah, apalagi main-main (apalagi basa-basi).
Ketiga, sebagaimana para pengarang Muslim
"tradisional" yang lain, dalam mengawali tafsirnya ia memaparkan
sanad pengetahuannya hingga sampai ke Imam Suyuti dan al-Mahalli selaku
penyusun Tafsir Jalalain. Menurut Misbah, salah satu pemantik, tradisi semacam
ini sudah sangat langka sekarang, bahkan terlupakan.
Halakah tafsir al-Shawi berakhir pada jam 22.00.
Seiring dengan kopi yang semakin dingin, punggung yang sudah limbung, Halakah
ditutup dengan evaluasi kecil untuk pertemuan keduanya, minggu depan.
Comments
Post a Comment