Abdellatif Bouazizi: Penyabab Radikalisme Adalah Metode Pembelajaran yang Salah


Contradixie, Berita – Rektor Universitas Zaitunah Tunis, Tunisia, Abdellatif Bouazizi mengatakan, munculnya radikalisme di beberapa negara dengan mayoritas penduduknya muslim adalah metode pembelajaran yang salah. 


Hal ini ia sampaikan dalam Seminar Internasional bertajuk  “Moderasi Beragama dalam Islam Antara Idealitas dan Realitas: Model Indonesia dan Tunisia” pada Selasa (27/12) di auditorium utama IIQ An Nur Yogyakarta. 


Abdellatif menengarai, untuk konteks Indonesia dari segi apa pun keberagamaannya moderat. Dari segi fikih, yang diikuti adalah Syafii. Dari segi akidah, Imam Asyari, dan dari segi tasawuf Imam Junaid al-Baghdadi.


“Imam Syafii, Imam Asyari, dan Imam Junaid, kesemuanya adalah ulama yang moderat. Imam Asyari misalnya, beliau berada di antara Mu’tazilah yang terlalu mendewakan manusia dan Jabbariyyah yeng sangat menihilkan peran manusia. Jadi, kenapa di Indonesia moderat, salah satunya adalah karena itu dan ini wajar,” jelasnya. 


Namun, lanjut Abdellatif, mengapa belakangan di Indonesia, khususnya anak-anak mudanya, tidak sedikit yang terpapar radikalisme adalah karena mereka mendapatkan informasi itu dari luar Indonesia, yakni melalui televisi dan internet. 


Menurut Abdellatif, hal yang perlu dievaluasi adalah model pembelajaran. Ia menekankan pentingnya pembelajaran secara langsung atau talaqqi. 


“Semisal informasi, khususnya soal agama, yang didapat anak-anak itu jelas, maka tidak ada pintu bagi radikalisme. Jadi ini soal model pembelajaran. Belajar itu harus bertemu langsung dengan gurunya, jangan lewat internet atau pun televisi,” katanya. 


Di Tunisia, akses informasi dari luar baik di televisi atau pun internet diawasi secara ketat, sehingga radikalisme cukup susah bisa merangsek dan memapar ke generasi muda Tunisia. 


Dalam diskusi yang dihadiri pula oleh Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta M. Ikhsanudin ini dilengkapi dengan adanya sesi penandatanganan nota kesepahaman antara IIQ An Nur Yogyakarta dan Universitas Zaitunah. 


Sekitar 164 mahasiswa dan segenap dosen IIQ An Nur Yogyakarta turut meramaikannya. 


Comments

Popular Posts