Honocoroko Pea; Warung Kopi Area Srengat dengan Pemandangan Hijau
Ternyata ada warung kopi yang sangat
direkomendasikan untuk dikunjungi pada siang hari, tapi sangat tidak
direkomendasikan untuk dikunjungi pada malam hari. Lho, kok bisa gitu? Akan
saya jawab di bagian akhir tulisan ini, ya.
Di suatu sore saya dan suami
mencari-cari warung kopi di area Blitar ataupun Srengat yang sekiranya belum
pernah kami kunjungi. Berbekal pencarian di instagram, kami akhirnya berkunjung
ke Honocoroko Pea yang beralamat di Jalan Mastrip 3 Togogan (utara pos polisi
Togogan). Ini di area Srengat, ya. Area
yang berlawanan arah dengan Kota Blitar kalau kalian dari daerah Ponggok.
Kami berangkat pukul empat kurang
dikit. Perjalanan dari Bendo ke Togogan memang lumayan memakan waktu, jaraknya
ternyata lebih jauh daripada ke Blitar Kota. Menurut petunjuk arah dari google,
warung kopi Honocoroko Pea ini setelah Rumah Sakit Ananda. Akhirnya patokan
kami adalah Rumah Sakit Ananda tersebut. Namun sialnya sebab setelah dua kali
melewati RS tersebut, kami masih saja belum melihat plang bertuliskan
Honocoroko Pea. Akhirnya suami memutuskan mampir dulu ke depan minimarket,
memeriksa akun instagram Honocoroko Pea, melihat beberapa story, lalu akhirnya
memahami beberapa petunjuk.
"Kita muter sekali lagi."
Kami memang nyaris menyerah. Hari
sudah hampir gelap, anak kami sedang terlelap di gendongan, dan kami tidak tahu
harus ke mana. Pulang barangkali pilihan yang tepat.
Mata saya kemudian sangat awas.
Mendongak lebih tinggi untuk memastikan plang bertuliskan Honocoroko Pea tidak
terlewat. Setelah kendaraan kami hampir mencapai jembatan, barulah kami melihat
plang yang lumayan tinggi itu. Pantas saja kami tidak menemukannya, ternyata
kami kurang mendongak.
Parkirannya terbilang sempit. Hanya
cukup untuk beberapa motor saja. Tidak ada parkiran untuk mobil yang disediakan
dari warungnya, jadi kalau kamu ke sana membawa mobil, kamu perlu mencari
parkiran sendiri. Barangkali di pinggiran jalan.
Ketika masuk mata langsung disuguhi
pemandangan sayur-mayur berwarna hijau. Segar sekali dan memanjakan mata. Ada
selada, kangkung, sawi hijau, dan beberapa tanaman lain. Memang warung kopi ini
berada di tengah-tengah pekarangan atau pun kebun sayuran. Pemilik sayurannya
pun tinggal di situ. Saya menduganya memang lebih dulu konsep rumahnya dan juga
tanaman organik ini, beberapa waktu kemudian ide untuk membuat warung kopi pun
muncul.
Kami beruntung karena masih sempat
tiba di sana sebelum hari benar-benar gelap. Jadi masih sempat menikmati
segarnya pemandangan, juga berkeliling melihat burung, reptil, dan kura-kura.
Hari mulai gelap ketika pesanan kami
tiba. Suami memesan kopi tubruk, sedangkan saya memesan vietnam drip.
Camilannya kami pesan potato wedges dan tahu cabe garam.
Kebetulan saya lebih dahulu mencoba potato
wedgesnya, disebabkan si bayi sudah merengek-rengek minta disuapi. Kesan
pertama saya enak, lalu kemudian dicoba suami dan memang enak. Saya bahkan
hendak mencoba membuatnya juga nanti kalau sempat. Semoga saja rasanya bisa
menghampiri.
Suami belum sempat mencoba kopi
tubruknya saat saya mulai mencicip vietnam drip yang tadi dipesan. Kesan
pertama tidak ada yang istimewa. Jujur saja rasanya benar-benar biasa. Jauh
berbeda dengan beberapa Vietnam Drip yang pernah saya nikmati. Kopinya terasa
tidak segar, kurang pahit, dan seperti bukan dari jenis biji kopi pilihan.
Melihat saya mencicipi minuman, suami
pun turut mencicipi kopi tubruk miliknya. Ekspresinya langsung berubah setelah
menyeruput satu kali. Tidak seperti yang diharapkannya. Kopi tubruk tersebut
disajikan dengan gula. Manis. Maka untuk memberi komentar lebih lanjut pada
rasa kopinya ia sudah tidak sanggup lagi.
Sebenarnya kami memang kurang teliti.
Harusnya kami tidak memesan kopi, sebab di warung ini sepertinya lebih
mengandalkan minuman rempah yang diracik sendiri . Semestinya kami memesan menu
tersebut, pastilah kami akan merasakan pengalaman yang berbeda. Jadi kami
rekomendasikan ketika ingin ke sana, lebih baik kalian memesan minuman rempah
racikannya deh. Kayaknya menarik. Di instagramnya saya lihat ada beberapa macam
minuman seperti sendang ayu yang didominasi jahe dan lemon, atau haneut yang
terbuat dari jahe dan gula merah.
Nah sebelum tulisan ini saya
selesaikan, saya mau bahas dulu perihal paragraf pembuka tadi. Kok tidak
disarankan berkunjung di malam hari?
Jadi gini, selain jadwal tutup warung
kopi Honocoroko Pea ini pukul delapan malam, juga karena banyaknya nyamuk pada
malam hari. Jujur saja saya merinding ketika melihat di atas jaket suami saya
berkerumun puluhan nyamuk.
Benar-benar menakutkan apalagi kalau
kamu membawa bayi. Kasian bayinya.
Sebenarnya bisa dimaklumi kenapa
banyak nyamuk, karena memang banyak tanaman di sana. Apalagi ada kangkung yang
menurut penelitian bisa mengundang nyamuk. Makanya menanam kangkung di Amerika
Serikat tuh lebih ilegal daripada ganja.
Jadi kalau kamu mau ke sana, lebih
baik pagi sampai sore saja, sih. Selain bisa menikmati pemandangannya yang
segar, kamu juga bisa menghirup udara yang lebih sehat.
Selamat ngopi.
Comments
Post a Comment