Catatan Pembunuhan sang Novelis (Keigo Higashino): Sejauh Mana Novel Detektif Dianggap Berhasil?


Tentang seorang novelis terkenal yang ditemukan meninggal dunia di ruang kerjanya. Ditemukan oleh istri dan sahabatnya dalam keadaan tengkurap dengan bekas cekikan di lehernya. Dari peristiwa ini pihak berwajib kemudian mengerahkan detektfif bernama Kaga untuk menyelidikinya.

Novel Catatan Pembunuhan sang Novelis adalah karya Keigo Higashino yang pertama kali saya baca. Diawali oleh rasa penasaran kenapa karya-karyanya begitu laris di toko buku, juga banyaknya bookstagram yang merekomendasikan karya Keigo ini.

Di iPusnas ternyata ada beberapa bukunya yang bisa dipinjam, hanya saja butuh waktu lama untuk bisa benar-benar meminjamnya karena antreannya cukup panjang dan ketat. Telat barang semenit saja pasti sudah bakal kehilangan kesempatan. Meski ini kelihatannya persoalan teknis semata, namun dari situ kita bisa tahu bahwa buku-buku Keigo memang begitu banyak diminati. Namun kenapa bisa begitu?

Bisa dibilang Keigo memang berhasil menyajikan cerita detektif yang seru. Meski kita tahu bahwa cerita-cerita atau film tentang detektfi selalu tentang proses pencarian tersangka, namun letak keseruannya memang ada di sana. Sekali penulis tidak berhasil memancing rasa penasaran pembaca melalui penceritaannya, maka bisa dipastikan karyanya tidak berhasil. Apalagi kalau tersangkanya bisa dengan mudah ditebak. 

Perihal mudah ditebak, sebenarnya ada pengecualian. Misalnya dalam novel ini kita juga bisa dengan mudah menebak siapa pembunuhnya, namun yang kemudian membuat kita terus penasaran adalah motif dari pembunuhan tersebut. Jadi Keigo menjadikan motif pembunuhan sebagai poin yang bakal memantik rasa penasaran pembaca.

Novel ini ditulis dengan model catatan. Jadi ada dua tokoh yang mempunyai catatan harian, yaitu detektif Kaga dan juga Nonoguchi si pembunuh. Dari catatan harian kedua tokoh tersebut pembaca kemudian dibawa pada seluk-beluk  jalannya penyelidikan.

Meski buku ini dianggap sebagai salah satu karya terbaik Keigo, saya justru merasa masih banyak kurangnya. Saya menyoroti bagaimana karakter tiap tokohnya tidak ada yang begitu melekat di kepala, mereka semua serasa digambarkan secara umum saja.

Menyoal berhasil atau tidaknya novel ini, sebagaimana saya tuliskan di atas, buku ini tentu saja sangat berhasil. Layak dibaca untuk menemani minum teh, atau pengantar tidur ketika anak sudah bobo duluan.

Comments