Bagaimana Manusia di Mata Seekor Kucing (Ulasan I AM A CAT karya Soseki Natsume)



Tokoh utamanya adalah seekor kucing yang tinggal di rumah seorang guru bahasa Inggris bernama Sneaze. Tokoh kucing tanpa nama inilah yang kemudian menjadi si penulis cerita. Dari sudut pandangnya sebagai kucing, pembaca kemudian disajikan berbagai kejadian di sekitar yang disaksikan oleh si kucing.

Kalau dibilang unik, sebenarnya tidak juga. Walaupun memang tokoh penceritanya adalah kucing, tapi ini sebenarnya hampir sama saja dengan buku-buku lain yang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Bedanya, pembaca memperoleh informasi dari kacamata seekor kucing. Penulis siapa pun bisa saja mengganti tokoh penceritanya dengan mahluk atau benda-benda lain selain manusia. Dari segi teknik penulisan pun sebenarnya tidak ada hal baru. Tapi sepertinya poin utama dari munculnya buku ini memang bukan untuk menghadirkan teknik-teknik penulisan baru. Si penulis hendak menampilkan pada pembaca tentang beragam sifat manusia dengan segala kekurangannya.



Sneaze atau yang sering disebut Master oleh si kucing adalah tokoh sentral yang lain. Dia digambarkan sebagai pria kerasa kepala dan berhati dingin. Yang menarik adalah kehadiran orang-orang di sekitar Sneaze. Ada Waverhouse si ahli estetika, Avalon Coldmoon si saintis, Beuchamp si penyair, dan Singleman Kidd si penganut ajaran Zen. Sebenarnya ada beberapa tokoh lain lagi yang juga berkontribusi banyak pada cerita, misalnya istri Master, Tuan Sampei, sampai Nyonya Goldfield yang namanya selalu masuk ke dalam obrolan Sneaze dan kawan-kawannya.

Ada bagian-bagian di mana buku ini terasa membosankan. Misalnya ketika si tokoh kucing berfokus menjelaskan tentang kegiatannya yang tidak melibatkan manusia. Kalimat-kalimat panjang yang penuh penjelasan tidak berarti kadang membuat pembaca ingin berhenti saja. Tapi sebenarnya bisa dimaklumi, bagian ini harus ada untuk lebih menekankan bahwa memang si kucinglah yang merupakan tokoh paling utama.


Hal unik yang sangat menarik bagi saya pribadi adalah sosok Waverhouse si ahli estetika yang sangat eksentrik. Sosoknya mengingatkan saya pada seorang teman yang sangat cerdas dan selalu bisa diandalkan dalam membuka obrolan yang tiba-tiba berhenti. Sebagaimana Waverhouse, teman ini juga pandai mengarang-ngarang hal dengan begitu meyakinkan. Dia bisa membuat orang lain percaya dengan bualan-bualannya. Yang kadang menjengkelkan karena dia sama sekali tidak mengklarifikasi kebohongannya walaupun orang lain sudah terlanjur percaya. Dia membiarkan orang lain terlihat bodoh karena begitu mudah percaya.



Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin