Pendidikan Islami: Menjadi Pembelajar Kritis dan Inklusif
Judul |
Pendidikan Islami: Menjadi
Pembelajar Kritis dan Inklusif |
Penulis |
Arif Nuh Safri |
Penerbit |
CV Kontradiksi Indonesia Grup |
Tebal |
xvi + 178 halaman |
Tahun |
2025 |
Harga |
- |
Contradixie,
Katalog—Buku Pendidikan
Islami: Menjadi Pembelajar Kritis dan Inklusif lahir dari kesadaran bahwa
jihad terbesar dalam kehidupan adalah menolak kebodohan. Penulis menegaskan,
sebagaimana wahyu pertama iqra’ dan al-qalam mengamanatkan,
membaca dan menulis bukan sekadar aktivitas intelektual, melainkan inti dari
kesalehan yang kritis dan membebaskan. Kesalehan tanpa pengetahuan hanya
melahirkan taklid buta dan memelihara sistem feodal yang menindas. Melawan
kebodohan, baik yang diwariskan oleh sistem politik yang korup maupun oleh elite
agama yang memelihara ketidaktahuan jamaahnya, menjadi panggilan moral yang tak
bisa ditunda.
Buku
ini menawarkan konsep pendidikan yang berakar pada nilai profetik, yaitu
pendidikan yang membebaskan manusia dari kejumudan berpikir dan kemiskinan
wawasan. Pendidikan Islami tidak dimaksudkan untuk menyeragamkan pola pikir
atau menundukkan peserta didik pada satu format tunggal, tetapi untuk
menumbuhkan potensi unik setiap individu sesuai kodratnya. Prinsip tumbuh
berarti membimbing peserta didik agar menghayati pengalaman hidup secara alami
dan sesuai minat-bakatnya, sementara prinsip bergerak mengajak mereka
untuk melakukan transformasi sosial dan memberi dampak positif bagi
lingkungannya.
Dalam
pandangan penulis, pendidikan yang tunduk pada pasar kerja, tren digital, atau
tuntutan populis justru kehilangan marwahnya. Era digital memang menawarkan
banyak media pembelajaran, namun jika guru dan pendidik terjebak sekadar ikut
tren, misalnya mengajar demi sensasi di platform hiburan, pendidikan akan
kehilangan substansi dan martabatnya. Buku ini menegaskan bahwa teknologi
hanyalah alat bantu, bukan penentu arah pendidikan. Standar nilai pendidikan
harus tetap berpijak pada dua prinsip: menumbuhkan kemanusiaan dan menggerakkan
perubahan sosial.
Dengan
gaya bahasa lugas dan tegas, buku ini menjadi kritik mendalam terhadap realitas
pendidikan di Indonesia yang sering kali permisif terhadap pembodohan.
Sekaligus, ia adalah seruan untuk mengembalikan pendidikan Islami ke jalur
aslinya: membentuk pembelajar yang merdeka, kritis, inklusif, dan
berintegritas. Menggabungkan analisis tajam dengan visi transformatif, penulis
mengajak pembaca untuk menjadikan pendidikan sebagai medan perjuangan
membebaskan akal, memuliakan martabat manusia, dan merawat keberagaman sebagai
kekayaan, bukan ancaman.
Comments
Post a Comment