Pedoman Membaca Karya Tulis Ala Hairus Salim (Mengintip Indonesia dari Lerok dan Oetimu)


Cukup lama saya berada dalam kebimbangan. Antara bersepakat pada pendapat, bahwa setiap tulisan semestinya ada nilai moralnya, atau pada ajakan lain untuk menormalisasi tulisan tak melulu harus ada hikmah yang bisa dipetik.

Kebimbangan itu terjadi sebab saya pernah berada pada pemikiran bahwa satu-satunya tujuan membaca adalah menemukan pesan moral sebagai kesimpulan. Itulah sebabnya ketika menulis sesuatu saya cenderung menonjolkan nilai apa yang dapat diambil dari narasi yang saya bangun, atau ketika membaca, saya selalu fokus mencari apa sebenarnya yang bisa saya petik dari bacaan ini sebagai sebuah pelajaran hidup.

Ya, cukup lama berada pada pemikiran-pemikiran sempit nan kaku itu untuk kemudian bisa menemukan sendiri jawabannya. Bahwa tidak selalu, dan tidak mesti, sebuah tulisan mengandung pesan moral. Ada banyak hal yang bisa didapati pada sebuah bacaan, terlalu banyak hingga poin pesan moral sepertinya menempati posisi paling akhir.

Teknik penulisan, gagasan, dialog, hingga isu yang sedang diangkat dalam sebuah tulisanlah yang mestinya mendapatkan perhatian penuh. Tentu saja semua ini ditempatkan setelah poin utama yaitu membacanya dengan penuh minat. Pertama-tama dari aktivitas membaca yang harus diperhatikan adalah apakah kita benar-benar menikmati membacanya? Jika posisi kita memang murni sebagai pembaca, dan bukan sebagai kritikus yang bertugas mencari hal-hal lainnya. Nah dalam perjalanan itu, kemungkinan untuk menemukan hal-hal baru sangatlah luas.



Apa yang dituang Hairus Salim dalam buku Mengintip Indonesia dari Lerok dan Oetimu ini seakan hendak menunjukkan bahwa benar ada begitu banyak hal yang bisa diperoleh dari suatu pembacaan selain sebuah pesan moral.

Kelihaian HS membongkar dan mengorek-ngorek sebuah karya, cerpen, novel, hingga autobigrafi, menjadikan buku ini tak hanya sekadar kumpulan hasil pembacaan atas beberapa karya tulis. Melampaui itu, HS hendak menunjukkan pada pembaca bagaimana aktivitas membaca itu sendiri dapat membawa kita pada sikap kritis serta cara berpikir yang lebih luwes.



Rasanya tidak berlebihan jika saya mengklaim diri menemukan harta karun manakala membaca buku ini. Kemampuan HS dalam menulis selalu saja memukau. Ia dapat menyajikan sesuatu yang dirasa kurang menarik menjadi begitu menarik. Tidak banyak penulis yang dapat melakukan ini. Tidak heran jika banyak di antara kawan saya yang berharap dapat menulis esai seindah cara HS, bahkan saya pun.

Buku ini sebenarnya kumpulan tulisan HS dalam rentang waktu yang cukup panjang. Pada bagian akhir ada keterangan yang dicantumkan sebagai penjelasan kapan dan untuk apa ulasan atas sebuah karya tersebut ditulis. Rata-rata ditulis sebagai sebuah makalah ketika HS menjadi pembicara, beberapa juga ditulis untuk dimuat di jurnal, ada pula yang ditulis sebagai sebuah kado pernikahan.

Buku ini sangat layak dibaca, terutama untuk orang yang senang membuat ulasan atas sebuah karya. Sedikit banyaknya buku ini dapat dijadikan pedoman perihal bagaimana menulis komentar yang menarik.







Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin